Friday, September 3, 2010

pemimpin ku yang manis dari bangsa yang terpuji

Di lantai ini..
aku tidak ingin menceritakan tentang tanah yang bertabur duri.
Air yang berlimpah hingga membanjiri.
dan sawah yang menompang kokoh sang gunung.
sungguh aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
Rakyat berlari menarik benang sang Ilahi.
Berdoa agar runtuhnya tembok bangsa ini tidak terjadi lagi.

Tetapi pria berkulit buaya dengan tenang pergi kesana kemari.
dengan uluran tangan dari lelaki bertopi sejuta mimpi.

kini mosi sudah sudah tak percaya lagi.
akibat sang pemimpi sudah tak dapat mengasihi.
kini mosi sudah tak dapat menahan emosi.
karena sang pemimpi tak dapat membangun negeri.

ingin tubuh rapuh ini untuk membangun negeri.
namun awan kelabu terlalu luas menutupi matahari di atas negeri ini.
sobat bantulah aku dengan memberikan sebatang cahaya lilin.
cahaya yang mungkin dapat bersinar di bangsa yang mati ini.

0 comments:

Post a Comment