Saturday, October 23, 2010

runtuhnya menaraku

menaraku..
menaraku...
menaraku....
disana akau merasakan gemuruhnya awan, merasakan teriknya matahari dan rintiknya air hujan. melihat indahnya pelangi dan kilatan cambuk langit.
menyentuh hangatnya fajar di bumi dan dinginnya malam di langit.
juga kicauan burung yang beterbangan di sekelilingku.
di dalam hari hariku aku hidup didalam menara ini. tersadar maupun terlelapnya ku di dalam tidurku kuhabiskan semua di menara ini. banyak keluh kesah dan tawa yang telah ku lakukan di atas menara ini bersama pemerintah dan negeri ini.
tapi seiring berjalannya waktu kini aku merasa kesal hingga pasrah dengan pemerintahan di negeri ku yang terkadang tidak mengindahkan menara ini..
meski menara ini dahulu runtuh, tapi aku tetap mencoba memberikan kepercayaan kembali untuk pemerintah itu. berharap kelak ia akan mengerti sulitnya mempertahankan menara itu di tanah ini.
tetapi tetap saja pemerintah itu menganggap remeh tentang menara yang memberinya pijaran-pijaran cahaya untuk meneranginya di tengah gelap hutan di negeri ini. ingin rasanya ia merasakan apa yang sedang aku alami. letih dan penatnya menjaga menara ini sendirian, dan seandainya ia tahu. akan ada waktu dimana aku tidak punya waktu untuk menara itu dan bahwa saja mereka tahu aku adalah orang yang paling dapat menjaga menara ini dan orang yang paling dapat meratakan menara ini dengan tanah yang gembur itu seperti 10 tahun silam.
apa yang mungkin ia katakan melainkan "tidak mungkin!" dan di ikut sertakan ketidak perdulian.
karena mereka tidak tahu bahwa aku yang di berikan logika dan akal yang lebih dari pada mereka yang memerintah di negeri ini mungkin saja bisa meninggalkan negeri ini dengan keadaannya yang rapuh dan mungkin akan meruntuhkan menara itu agar ia merasakan tak adanya penerangan di setiap langkahnya di malam hari kecuali bulan dan bintang.
dan akhirnya aku membulatkan tekad untuk meninggalkan menara ini tetapi di dalam perjalanan ku untuk meninggalkan menara ini kembali aku bertemu seorang anak kecil yang haus akan kasih sayang orang tua mereka yang telah tiada.
ia berkata dan meyakinkan ku untuk tidak meninggalkan menara ini demi negara dan kelanjutan menara ini.
meski anak kecil itu berkata itu kepadaku aku tetap saja berjalan tanpa memperdulikannya. akhirnya seorang bocah itu lari kepadaku dan menyeret tanganku sambil menangis."paman jangan tinggalkan menara ini. aku mohon paman. hanya menara itu yang menerangiku di malam hari. meski ayah ibuku tetap menemaniku di dalam mimpi indahku tetapi aku takut dengan gelap malam paman. jikalau paman tak mau berjuang demi negara,menara juga pemerintah itu berikanlah perjuangan itu demi aku paman. aku yang hidup hanya dengan kasih sayang Tuhan di bumi ini sejak kecil tak punya siapa-siapa yang dapat memberiku penerangan selain menara itu paman"
aku manusia yang mempunyai hati nurani langsung tergerak menjatuhkan tas yang ku gendong itu juga mengurungkan niatku untuk pergi dari tanah ini. karena kaki yang ku pergunakan untuk berjalannya tubuh ini merasa berat untuk mengangkatnya dari tanah ini.
dalam pikir ku berkata "aku manusia yang paling bodoh! karena mau untuk jatuh ke lubang yang sama"
tetapi dalam hati ku terbesit "aku tidak dapat meninggalkan menara ini lagi. anak itu membutuhkanku"
meski seperti itu pendirianku berucap "jikalau saja anak itu kemudian pergi aku mungkin akan meninggalkan perasaanku kepada pemerintah itu terlebih dahulu baru akhirnya aku meninggalkan perasaanku kepada negeri ini seperti dahulu sebelum aku kembali..."

0 comments:

Post a Comment